Banyaknya tempat makan enak di berbagai tempat yang dibahas media massa, membuat kita "gatal" ingin berwisata kuliner ke sana. Kue, masakan, dan aneka minuman, rasanya sayang jika tak sempat mampir di lidah. Tak sedikit orang yang sengaja meluangkan waktu libur, hanya untuk berburu tempat makan baru. Pameran kuliner pun tak pernah sepi dari penggemar makanan.
Berwisata kuliner tentu sah-sah saja. Namun, sadarkah Anda, makanan yang diburu bukan tak mungkin justru bisa membuat Anda diburu kolesterol tinggi? Kolesterol berlebihan, terutama yang jahat, akan mengendap dalam pembuluh darah. Endapan ini dapat menyebabkan sumbatan, sehingga membuat pembuluh darah melebar dan pecah.
Jika yang tersumbat pembuluh darah yang mengarah ke jantung, apalagi bila sumbatannya total, akibatnya bisa fatal, yaitu jantung tak mendapat pendarahan yang benar. Inilah penyebab timbulnya serangan jantung. Sebab, daerah yang tak mendapatkan pendarahan yang benar, akan menjadi mati. Padahal, ada pusat yang harus selalu berdenyut.
BISA DIKENDALIKAN
Kolesterol jahat diendapkan di dalam pembuluh darah, sehingga bila berlebihan bisa menyumbat dan menyebabkan kematian. Kolesterol baik justru berfungsi untuk menarik dan mengambil endapan lemak yang ada di dalam pembuluh darah. Dari mana kolesterol berasal? Menurut Fiastuti, kolesterol berasal dari makanan, antara lain jeroan, daging, dan gajih.
Perlu diingat, makanan hanya menyumbang 30 persen jumlah kolesterol yang masuk ke dalam tubuh. Itu pun, hanya dari bahan makanan hewani. Sisanya? "Dari metabolisme tubuh kita sendiri. Itu sebabnya, ada orang yang diet mati-matian atau tidak makan sama sekali, tapi tetap saja kolesterolnya tinggi. Orang seperti ini butuh obat," papar Fiastuti.
Untungnya, selain sumbangsihnya tidak besar, kolesterol dari bahan makanan bisa dikendalikan. Agar kolesterol dalam tubuh tetap terjaga, Fiastuti menganjurkan untuk makan dengan kuantitas yang cukup dan kualitas yang baik. Dari mana kita tahu porsi makan yang disantap tergolong cukup atau sudah berlebih? Secara kuantitas, orang yang punya berat badan normal dan tetap stabil, artinya jumlah yang dia konsumsi cukup.
SERBA DIGORENG
Ironisnya, menurut Fiastuti, kebanyakan orang Indonesia mendapatkan lemak dari makanan yang digoreng. "Semua serba digoreng, bahkan termasuk nangka. Jika semua makanan digoreng, tentu minyak dua sendok tak cukup. Artinya lemak yang masuk ke tubuh lebih dari 30 persen, padahal hanya segitu kebutuhan kita. Ini harus dihindari," tutur Fiastuti.
Minyak goreng, lanjutnya, memang tak mengandung kolesterol. Namun, bila dipanaskan dengan suhu tinggi (untuk menggoreng, terutama dengan cara deep fry), minyak yang bagus sekalipun, akhirnya berubah menjadi minyak berlemak jenuh. Apalagi, bila digunakan berkali-kali. Selain itu, minyak ini juga bisa merusak kadar kolesterol di dalam darah yang akhirnya menyebabkan penyumbatan.
Setelah diolah di dalam tubuh, gorengan bisa menjadi kolesterol. Sebab, saat minyak yang masuk ke dalam tubuh sudah berlebih, sisanya bisa disimpan dalam bentuk kolesterol atau trigliserida. Minyak yang bagus, menurut Fiastuti, adalah minyak yang kandungan lemak tak jenuhnya lebih banyak daripada lemak jenuh. Misalnya, minyak bunga biji matahari, minyak jagung, dan minyak kedelai.
Tahu, tempe dan ikan memang sehat, tapi bila digoreng dengan cara deep fry, lemak jenuhnya jadi tinggi dan memicu peningkatan kolesterol. Dari pada digoreng, saran Fiastuti, lebih baik ikan diolah dengan cara di tim, rebus, dibuat sup, atau pepes. "Menghindari kolesterol bukan berarti tak bisa makan enak," papar Fiastuti.
Ia menambahkan, minyak kelapa mengandung lemak jenuh, sementara minyak zaitun, alpukat dan kacang-kacangan mengandung lemak tak jenuh tunggal. Sedangkan minyak ikan mengandung lemak tak jenuh ganda. Meski penjelasan di atas terkesan "seram", bukan berarti tak boleh makan ini-itu. Berwisata kuliner tetap boleh dilakukan, asal tetap memerhatikan jumlah dan komposisi makanan, kandungan nurtisi dan cara memasaknya.
CICIPI SEDIKIT
Sesekali makan melebihi porsi tak apa-apa, tapi tetap harus diimbangi dengan buah dan sayur, minimal lima porsi sehari. Seporsi buah bisa diartikan dengan apel satu butir atau pir sebutir, atau 10 buah berukuran kecil, misalnya kelengkeng. Bila yang disantap steik dan daging, tentu tak bisa setiap hari berwisata kuliner seperti ini.
Namun, akan lebih baik bila makanan sehat yang dipilih. Toh, tetap lezat dan pilihannya banyak, antara lain siomay, schotel tahu, tempe bacem atau tempe bakar, pepes tahu atau ikan, sup ikan, tim ikan, pecel, gado-gado, karedok, asinan dan lainnya. "Jangan makan demi gengsi, karena masih banyak orang yang makan sesuatu dengan alasan gengsi," tuturnya.
Misalnya, makanan cepat saji dan salad. Padahal, salad dressing-nya saja banyak yang tinggi kolesterol dan lemak. Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan saat berwisata kuliner. Antara lain, bila yang ingin disantap cukup banyak, misalnya saat datang ke festival kuliner, cicipi satu jenis makanan dalam porsi kecil. Ajak orang lain untuk berbagi makanan yang ingin dicoba.
Selain tak cepat kenyang, cara ini bisa membuat kolesterol yang masuk ke dalam tubuh lebih sedikit dibanding bila kita menyantapnya dalam jumlah satu porsi penuh. "Atau, santap sayur dalam jumlah agak banyak di pagi hari sebelum ke tempat wisata kuliner. Sampai di sana, baru mencoba beberapa makanan yang diinginkan dalam porsi secukupnya."
Pilihlah tempat makan yang bersih.
Pastikan terdapat wastafel dan kamar mandi bagi pengunjung di tempat makan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa pemilik tempat makan tersebut memperhatikan kebersihan dan kesehatan. Hal yang sama tentunya akan dilakukan juga dalam hal pengolahan makanan yang dilakukan dengan bersih pula.
Perhatikan komposisi makanan.
Jangan asal makan , tapi pastikan kandungan atau bahan-bahan makanan yang masuk ke tubuh kita adalah bahan yang berguna bagi kesehatan kita. Pilihkan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, serta lemak yang seimbang. Hindari makanan yang mengandung kolesterol tinggi, bahan pengawet, zat addictive seperti MSG dan bahan pewarna yang terlihat mencolok. Hindari makanan yang sekiranya itu menjadi pantangan yang menyebabakan alergi atau menyebabakan penyakit tertentu kambuh. Misalnya jika homiers memiliki sakit maag, maka hindari makanan yang asam dan pedas.
Perhatikan jam makan
Kita harus mengatur waktu kapan saatnya makan makanan yang berat dan kapan saatnya makan makanan yang ringan. Hal ini karena tubuh memiliki kerja pencernaan yang berbeda waktu siang atau malam. Jika wisata kuliner pada malam hari jangan memilih menu makan yang berat atau makan dengan porsi yang besar karena pada malam hari metabolisme tubuh tidak maksimal. Hal ini akan mengakibatkan makanan menumpuk di lambung dan efek di pagi hari jadi lemas atau malas untuk bangun.
Demikian tips wisata kuliner yang aman dan sehat. Selalu perhatikan kesehatan, karena apa yang kita makan akan mempengaruhi kesehatan kita. Dan jika kesehatan kita terganggu pastinya akan mengganggu aktifitas kita sehari-hari. Selamat berwisata kuliner ya.
0 comments:
Post a Comment